Oleh: Ruba Nurzaman
(Jika
Anda mengajukan pertanyaan yang baik, sungguh Anda telah mengajar dengan
baik).
Pernahkah anda
memberikan pertanyaan yang membuat siswa berfikir diawal pembelajaran? Jika
pernah, atau sering anda lakukan, sungguh luar biasa. Siswa biasanya senang
kalau diawal pembelajaran ada guru yang memberikan pertanyaan terlebih dahulu,
dan ini biasanya akan membuat siswa terangsang otaknya untuk berfikir.
Apakah tujuan Bapak/Ibu
mengajar? Apabila tujuannya adalah sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan atau
informasi yang anda miliki, maka anda harus memiliki kemampuan dalam
menjelaskan. Tetapi apabila tujuan kita adalah mengembangkan kemampuan berfikir
siswa, maka kita harus memiliki keterampilan dalam bertanya.
Inti dari proses belajar
itu adalah berfikir. Sehingga memahami berbagai gaya berfikir dalam belajar
sangat diperlukan untuk dikuasai agar bisa menyatukan antara berfikir rasional/intelektual,
emosional, dan spiritual.
Secara umum, mengajar adalah menyampaikan ilmu
pengetahuan kepada anak-anak didik di sekolah. Namun pada kenyataannya,
pengertian mengajar lebih dari itu. Mengajar tidak hanya menyampaikan ilmu
pengatuan, tetapi juga melatih pola pikir anak-anak didik. Menurut Dr.
Nana Sudjana, pengertian mengajar adalah membimbing siswa bagaimana
belajar. Mengajar berarti mengatur dan menciptakan kondisi yang ada
dilingkungan anak didik sehingga dapat melakukan kegiatan belajar. Sumber (http://sdnwonoue.blogspot.co.id/).
Jika tujuan mengajar itu antara lain untuk
mengembangkan siswa berpikir, maka kemampuan utama guru adalah mengajukan
pertanyaan. Namun seringkali pertanyaan yang diajukan hanya membutuhkan jawaban
‘ya’ atau ‘tidak’. Pertanyaan yang membutuhkan hanya satu jawaban, atau
pertanyaan yang mendorong siswa untuk mengulang gagasan yang telah dikemukakan
guru, bukan pertanyaan yang merangsang siswa untuk mengemukakan gagasannya
sendiri.
Pertanyaan yang
diajukan guru sering hanya menuntut siswa untuk mengulang gagasan atau materi
yang sudah disampaikan oleh guru daripada memproduksi gagasan siswa itu
sendiri. Sehingga hal ini bisa mengakibatkan lemahnya kemampuan berfikir siswa
di Indonesia dibandingkan dengan siswa dari negara lainnnya.
Siswa kita apabila
diberi pertanyaan yang sifatnya hafalan mungkin bisa mengalahkan siswa dari
negara-negara tetangga bahkan mungkin bisa mengalahkan siswa dari Korea dan
Jepang, tetapi ketika diajukan pertanyaan yang menuntut siswa untuk berfikir
atau membuat gagasan baru, siswa kita masih lemah.
Jenis pertanyaan yang
diajukan oleh guru sangat berpengaruh terhadap proses perkembangan keterampilan
berfikir siswa. Pertanyaan yang bisa melatih keterampilan berfikir siswa adalah
pertanyaan yang bisa merangsang siswa untuk berfikir secara analitis, evaluatif
dan kreatif sehingga bisa melatih siswa untuk menjadi pemikir yang kritis dan
kreatif. Pertanyaan seperti ini disebut pertanyaan tingkat tinggi bila
dibandingkan dengan pertanyaan yang hanya menuntut siswa untuk ‘mengingat’ dan
‘memahami’.
Pertanyaan tingkat
tinggi tersebut bisa dijadikan salah satu komponen utama seorang guru dalam merancang
Lembar Kerja (LK). Lembar kerja dibuat untuk membantu siswa dalam kegiatan
belajar dan merangsang siswa untuk aktif berfikir dan bekerja dalam rangka
menguasai suatu pemahaman atau konsep.
Keterampilan bertanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, yang sekaligus merupakan
bagian dari keberhasilan dalam pengelolaan instruksional dan pengelolaan kelas.
Melalui keterampilan bertanya guru mampu mendeteksi hambatan proses berpikir di
kalangan siswa dan sekaligus dapat memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mereka.
Dalam dunia pendidikan, kita mengenal adanya HOTS (Higher Order Thinking
Skill). HOTS ini Merupakan kemampuan seseorang dalam menerapkan pengetahuan
yang dimilikinya sehingga, membuat orang tersebut menjadi terampil, mampu menganalisa
suatu keadaan sehingga bisa membuat sebuah keputusan, mampu memecahkan masalah,
mampu memodifikasi dan yang paling utama adalah memiliki kemampuan untuk
mencipta.
Menurut saya, jarangnya guru memberikan pertanyaan tingkat tinggi kepada
siswa sudah turut andil membuat Indonesia selalu berada di papan bawah dalam
capaian pendidikan yang selalu dirilis oleh Programme for International Student
Assessment (PISA), yang meskipun pada tahun 2016 lalu capaian pendidikan
kita memiliki peningkatan yang signifikan.
Berikut beberapa jenis pertanyaan tingkat tinggi yang saya dapatkan dari
modul Usaid Prioritas.
Pertanyaan Produktif. Mendorong siswa melakukan
kegiatan terlebih dulu (melakukan percobaan, pengamatan, penyelidikan, dan/atau
eksplorasi) untuk memperoleh jawabannya. Contoh dari pertanyaan ini adalah:
Apakah jeruk garut, jeruk mandarin, dan jaeruk bali memiliki jumlah pasi yang sama?
Pertanyaan Imajinatif. Jenis pertanyaan ini mendorong siswa untuk untuk
berimajinasi. Jawaban dari pertanyaan ini bisa beragam tergantung imajinasi
anak, karena kemampuan berimajinasi setiap orang tentu berbeda dan dintentukan
pula dari sudut pandang mana dia berimajinasi. Contoh dari pertanyaan ini bisa
diawali dengan memperlihatkan gambar seseorang yang sedang duduk termenung,
lalu berikan pertanyaan apa kira-kira yang sedang ia pikirkan? Mengapa ia duduk
disitu? Apa yang akan ia lakukan kemudian? Tulislah teks cerita singkat
berdasarkan pada jawabanmu.
Pertanyaan Terbuka. Merupakan pertanyaan yang memiliki lebih dari satu
jawaban benar. Misalnya, apa saja kegiatan yang bisa dilakukan di Masjid?.
Saya berharap pada tahun-tahun berikutnya peringkat PISA Indonesia terus
mengalami peningkatan yang signifikan. Salah satu upaya yang bisa kita lakukan
untuk memberikan kontribusi positif itu dengan membiasakan memberikan
pertanyaan yang mendorong siswa untuk berfikir tingkat tinggi. Baik itu diawal,
ditengah, maupun diakhir pembelajaran.
0 komentar:
Posting Komentar